Pasukan-pasukan istimewa dikerahkan, mereka tersandung jatuh pada waktu berjalan maju. Mereka lari terburu-buru ke arah tembok kota, sedang alat pemukul sudah ditegakkan.
Pintu-pintu di sungai-sungai dibuka dan istana menjadi gempar. Permaisuri dibawa keluar dan ditelanjang dan dayang-dayangnya mengerang, mengaduh seperti suara merpati sambil memukul-mukul dada. Niveneh (baca : Putrajaya) sendiri seperti kolam air yang airnya mengalir keluar.
"Berhenti! Berhenti!," teriak orang, tetapi tidak ada yang berpaling.
Jajahlah perak, jajahlah emas! Sebab tidak berkesudahan persediaan harta benda, kelimpahan segala barang yang indah-indah!
Ketandusan, penandusan dan penindasan! Hati menjadi tawar dan lutut goyah! Segenap pinggang gementar, dan muka sekalian orang menjadi pucat pasi.
Pintu-pintu di sungai-sungai dibuka dan istana menjadi gempar. Permaisuri dibawa keluar dan ditelanjang dan dayang-dayangnya mengerang, mengaduh seperti suara merpati sambil memukul-mukul dada. Niveneh (baca : Putrajaya) sendiri seperti kolam air yang airnya mengalir keluar.
"Berhenti! Berhenti!," teriak orang, tetapi tidak ada yang berpaling.
Jajahlah perak, jajahlah emas! Sebab tidak berkesudahan persediaan harta benda, kelimpahan segala barang yang indah-indah!
Ketandusan, penandusan dan penindasan! Hati menjadi tawar dan lutut goyah! Segenap pinggang gementar, dan muka sekalian orang menjadi pucat pasi.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan